Ventilasi merupakan suatu tempat keluar dan masuknya udara pada suatu ruangan pada bangunan. Keluar masuknya udara dimaksudkan sebagai sirkulasi udara, yang tidak hanya membuat kondisi ruangan nyaman juga mempertahankan kelembaban yang normal dan memenuhi syarat.
Sebenarnya sudah cukup banyak cara untuk membuat ventilasi pada bangunan agar diperoleh kondisi yang nyaman dan sejuk pada ruangan dalam bangunan. Banyak peralatan dan mesin yang digunakan untuk mencapai hal itu. Namun demikian, sebagian ternyata masih menjadi masalah, terutama dikaitkan dengan masalah penggunaan energi dan konsep bangunan hijau dan berkelanjutan (green and sustainable building). Parahnya, bangunan tersebut selain tidak nyaman, juga tidak sehat akibat sirkulasi udara dan penggunaan material yang menjadi polutan, serta tidak hemat energi.
Sebenarnya masalah ini sudah lama menjadi perhatian. Di beberapa negara maju pun sejak era 1970-an sudah mulai menjadi bahan diskusi dan pertimbangan dalam membuat peraturan yang berkaitan dengan bangunan. Pembahasan seputar masalah tingkat kelembaban dan pengaturannya pada bangunan, pentingnya ventilasi yang sehat dan pemakaian material bangunan yang tidak menimbulkan polutan bagi penghuninya. Sistem ventilasi mekanis yang mulai banyak digunakan dibandingkan yang alami juga menjadi bahan pertimbangan.
Apalagi saat ini, pemakaian material sintetis semakin banyak menggantikan material alami pada ruang-ruang bangunan. Akibatnya terkadang terdapat material-material yang tak terkontrol berkontribusi pada bangunan yang tidak sehat bagi lingkungannya. Sehingga, timbul apa yang disebut sebagai sindrom gedung sakit (sick building syndrome/SBS) dan selanjutnya dinyatakan sebagai gedung yang dikaitkan dengan gangguan kesehatan, dan masalah jamur dan kelembaban.
Kesemua itu sebenarnya bermuara pada perencanaan ventilasi dan sirkualasi udara pada bangunan yang menjamin pada kenyamanan dan kelembaban yang memenuhi syarat. Oleh karenanya diperlukan pencerahan kepada masyarakat dan perencana berkaitan dengan informasi kontemporer dalam hal desain ventilasi.
Pengawasan yang tidak baik pada sistem ventilasi mekanis dapat mengkonsumsi energi yang cukup besar dengan memberikan pengaruh kenyamanan yang kecil, disamping itu perawatan yang tidak baik menjadi sumber dari polusi. Tapi, pengawasan ventilasi alami yang tidak baik pun akan juga menyebabkan masuknya polusi dari luar.
Pengalaman beberapa tahun dalam desain dan usaha-usaha yang berkaitan dengan regulasi dimaksudkan untuk membuat bangunan-bangunan yang berkelanjutan dan lebih hemat energi. Salah satunya menjadikan ventilasi dan kenyamanan bangunan menjadi hal yang mendasar dalam desain bangunan dan telah menjadi pertimbangan utama dalam desain beberapa tipe bangunan. Alasannya adalah a) bahwa kesehatan dalam bangunan berkaitan dengan kualitas dan sirkulasi udara di dalamnya, b) proporsi kehilangan panas melalui sirkulasi udara telah ditingkatkan sebagai standar insulasi bangunan, c) infiltrasi udara yang tak terkendali memberikan pengaruh pada kenyamanan dan efisiensi energi, d) panas internal dan sinar matahari telah meningkat pada banyak bangunan, e) suhu iklim semakin menghangat/meningkat.
Seorang perencana bangunan harus mampu menyediakan ventilasi yang cukup pada bangunan yang didesain agar dapat memberikan kenyamanan. Ventilasi yang baik dapat menghilangkan dan mereduksi kelebihan panas dari tubuh penghuninya dan beberapa peralatan elektronik dan listrik, dapat menormalkan kelembaban, bau tak sedap, munculnya polusi dari orang yang berkatifitas, hewan, aktifitas memasak. Ventilasi juga dapat menghilangkan emisi berlebihan dari bahan-bahan bangunan dan perabot.
Beberapa literatur menyebutkan suplai sirkulasi udara berkisar 5 sampai 25 liter/detik/ orang atau dapat dinyatakan sekitar 1-2 liter/detik per m2 luas lantai.
Oleh : Achmad Basuki, ST., MT.
dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 3 Nopember 2013