Saat ini beton bertulang masih banyak digunakan di masyarakat sebagai struktur utama bangunan, baik bangunan gedung maupun bangunan prasarana lainnya. Tulangan yang digunakan umumnya berupa tulangan baja, yang ternyata harganya pun terus melambung seiring dengan peningkatan pembuatan beton bertulang.Ketersediaan bahan dasar pembuatan baja (bijih besi) juga semakin terbatas dan tidak mungkin diupayakan peningkatan produksinya karena termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Kondisi demikian tentunya menuntut adanya alternatif material tulangan lain yang lebih murah dan dapat digunakan sebagai tulangan struktur beton bertulang.
Salah satu material memungkinkan untuk dijadikan sebagai tulangan adalah material bambu, dimana bambu dapat diperoleh cukup banyak dimasyarakat, harganya relatif murah dan mempunyai kekuatan tarik yang cukup memadai.
Bambu merupakan tanaman berumpun dan termasuk dalam famili gramineae dan terdapat hampir diseluruh dunia kecuali di Eropa. Jumlah yang ada di daerah Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia. Dari kurang lebih 1000 spesies bambu dalam 80 genera, sekitar 200 spesies dari 20 genera ditemukan di Asia Tenggara, sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis, tetapi tidak semuanya merupakan tanaman asli Indonesia. Tanaman bambu Indonesia ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m dpl. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air
Para ahli struktur telah meneliti kemungkinan penggunaan bambu sebagai tulangan seperti yang pernah dilakukan oleh Morisco (1996) yaitu dengan memanfaatkan bambu sebagai tulangan beton.
Bambu mempunyai kuat tarik cukup tinggi, yang mana setara dengan kuat tarik baja lunak. Kuat tarik bambu dapat mencapai 1280 kg/cm2. Pengujian yang dilakukan terhadap bambu dari spesies Bambusa Blumcana berumur 3 tahun diperoleh kekuatan tarik bambu sejajar serat antara 200-300 MPa, kekuatan lentur rata-rata 84 MPa, modulus elastisitas 200.000 MPa.
Batang bambu pada umumnya berupa silinder cembung dengan diameter 1 cm hingga 25 cm dan mempunyai ketinggian bervariasi 1 m hingga 40 m. Diameter bambu berkurang sejalan dengan panjangnya, dari pangkal hingga ujung. Bambu yang cembung ini secara total dipisahkan pada buku-bukunya oleh diafragma transversal.
Namun demikian, karena bambu mempunyai sifat higroskopis yang cukup besar, yaitu mempunyai kembang susut yang cukup besar. Penyusutan tersebut lebih lanjut akan mempengaruhi lekatan antar bambu dengan beton, sehingga pemakaian bambu tanpa perlakuan khusus sebagai tulangan beton sangat tidak dianjurkan. Para peneliti mengusulkan usaha untuk mengatasi kelemahan di atas dengan cara antara lain, menggunakan bambu yang sudah tua usianya sehingga daya serap dan kelembabannya kecil, melapisi batang bambu dengan bahan kedap air seperti vernis, cat dan cairan aspal, tetapi harus dihindari licinnya permukaan bambu akibat pemakaian bahan-bahan tersebut, karena hal itu akan mengurangi daya lekat.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kekuatan bambu adalah berat jenis bambu. Berat jenis dinyatakan sebagai perbandingan antara berat kering tanur suatu benda terhadap berat suatu volume air yang sama dengan volume benda itu. Bambu yang mempunyai berat jenis besar berarti mempunyai jumlah zat dinding sel persatuan volume besar. Selanjutnya zat kayu ditentukan oleh beberapa faktor antara lain tebal dinding sel, besarnya sel dan jumlah sel berdinding tebal. Berdasarkan hasil penelitian Kumar dan Dobriyal, kekuatan bambu bagian luar lebih dari dua kali kekuatan bambu bagian dalam.
Penulis pernah melakukan penelitian dengan membuat tulangan dari bambu jenis ori, dimana bagian bambu yang dipakai adalah bagian kulit luarnya (kurang lebih 3 mm dari kulit luar). Tulangan bambu dibentuk seperti kabel yang terdiri dari tiga bilah. Bilah-bilah bambu sebanyak tiga buah ini kemudian dipilin hingga memiliki ukuran diameter 3 mm dan panjang 2,2 meter. Selanjutnya dipasangkan pada balok beton ukuran 15x20x220 cm.
Dari hasil pengujian yang dibandingkan dengan balok beton bertulangan baja mutu 240 MPa., ternyata diperoleh kapasitas lentur balok beton dengan tulangan bambu yang berkisar 50%-60% dari kapasitas lentur balok beton dengan tulangan baja.***
Oleh : Agus Setiya Budi, ST, MT.
Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 29 Juli 2012