Identifikasi Risiko Banjir

Beberapa hari terakhir ini banjir telah melanda sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan Jakarta sebagai ibukota negara tidak luput dari bencana banjir. Gubernur DKI Joko Widodo sampai menetapkan Jakarta dalam kondisi darurat banjir selama sepuluh hari sejak dua hari yang lalu. Selain korban harta benda dan melumpuhkan perekonomian, juga menelan beberapa korban jiwa.

Kondisi demikian tak pelak memerlukan evaluasi yang komprehensif dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dalam hal menghadapi bencana banjir dan bagaimana mengantisipasinya di masa mendatang agar tidak terulang kembali dan meminimalkan korban akibat bencana banjir.

Tentunya selain penataan kawasan/wilayah dan tata guna lahan yang baik,  serta pengelolaan sumber daya air yang baik dan tepat oleh pemerintah, juga peran serta masyarakat untuk selalu membudayakan perilaku untuk mengurangi resiko terjadinya banjir seperti tidak membuang sampah ke saluran-saluran drainase/sungai, merawat kelancaran saluran drainase dan sungai, ataupun membuat sumur resapan dan biopori.

Disamping itu, dapat pula dilakukan upaya antisipasi dan pengelolaan resiko terjadinya banjir yakni meningkatkan ketahanan bangunan/rumah dan wilayah terhadap resiko terjadinya banjir. Upaya ini lebih difokuskan pada identifikasi resiko banjir, sehingga diharapkan dapat meminimalkan terjadinya banjir pada suatu kawasan dan juga antisipasi masuknya air banjir ke dalam bangunan/rumah apabila terpaksa terjadi banjir pada lingkungan di sekitarnya.

Air banjir yang masuk ke bangunan tentunya akan mengakibatkan kerusakan perabot-perabot dan peralatan elektronik yang ada di dalamnya. Aliran listrik dan konsleiting bisa saja terjadi, bahkan seperti yang terjadi pada banjir Jakarta saat ini, beberapa orang terjebak dalam lantai basement suatu gedung.

Menurut CIRIA, suatu lembaga lingkungan, terdapat beberapa tahapan evaluasi untuk mengantisipasi dan meningkatkan ketahanan suatu bangunan terhadap bahaya banjir.

Salah satu evaluasi awal adalah mengidentifikasi seberapa besar resiko terjadi banjir pada lingkungan bangunan/rumah. Hal ini cukup penting karena akan sangat menentukan langkah-langkah antisipasi yang harus dilakukan pada masa mendatang bila banjir sewaktu-waktu datang. Identifikasi resiko terjadi banjir dapat diketahui berdasarkan dari data banjir yang pernah terjadi sebelumnya di lingkungan bangunan/rumah, adanya peralatan peringatan bahaya banjir yang terpasang pada suatu kawasan di sekitar bangunan/rumah, informasi prakiraan cuaca tentang kemungkinan terjadinya hujan dan intensitasnya, dan informasi dari peta wilayah resiko banjir dari pemerintah setempat.

Dari data awal tersebut juga dapat diidentifikasi penyebab terjadinya banjir. Beberapa sumber dapat menyebabkan timbulnya banjir diantaranya adalah curah hujan yang sangat tinggi, meluapnya dan penyempitan alur sungai, limpasan/pasang air laut, saluran drainase yang tidak lancar/tersumbat, menurunnya daerah resapan air pada suatu kawasan akibat tata guna lahan yang semrawut dan tak terkendali, penutupan permukaan tanah oleh material kedap air, kondisi lapisan tanah yang sudah jenuh air atau timbulnya mata air dari bawah tanah.

Beberapa kawasan akhir-akhir ini terjadi curah hujan yang sangat tinggi. Para ahli memperkirakan meningkatnya intensitas curah hujan yang sangat tinggi ini disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim yang tidak menentu akibat pemanasan global. Beberapa daerah di belahan bumi mengalami kekeringan yang panjang, beberapa daerah lainnya mengalami musim penghujan yang lama.

Dari sejumlah kajian wilayah juga menyebutkan bahwa terjadinya perubahan tata guna lahan yang tidak semestinya dan tidak terkendali menjadi pemicu utama meningkatnya resiko banjir. Suatu kawasan dengan resiko banjir yang kecil dapat berubah menjadi kawasan yang rawan terjadinya banjir. Yang biasanya tidak terjadi banjir, tiba-tiba saja terjadi banjir. Ruang terbuka hijau dan daerah resapan air semakin menyempit juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya resiko banjir.

Disamping itu, kondisi tanah yang jenuh dalam penyerapan air juga dapat meningkatkan resiko banjir, bila hujan terjadi dalam intensitas yang lama dan curah hujan yang tinggi.

Oleh karenanya, setelah resiko banjir ini teridentifikasi dengan baik, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat mengambil langkah-langkah dan tindakan yang kongkret dan komprehensif untuk mengurangi tingkat resiko terjadinya banjir.***

Oleh : Dr. Achmad Basuki, ST. MT.

Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Minggu 20 Januari 2013